Powered By Blogger

Selasa, 07 Desember 2010

MUNAJATKU

Ya ilahi rabbi...
Segala puji hamba panjatkan kepadaMU shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW.
Ya rabb...
aku mintakan kesaksianMU, dan cukupkanlah Engkau sebagai saksiku serta aku mintakan kesaksian seluruh malaikatMU, penghuni langitMU dan pemikul arasyMU serta yang Kau bangkitkan sebagai Nabi dan RassulMU dan aku bersaksi sesungguhnya Engkaulah Allah dan tiada Tuhan kecuali Engkau.
Ya rabbul izati...
betapa besar segala karunia dan anugrah yang Kau berikan pada hamba tanpa hamba ucapkan rasa syukur kepadamu dan aku berjanji atasMU ya rabb, hamba akan selalu bersujud dan melaksanakan segala perintahMU
Ya Rabb...
Di sepertiga malam ini aku adukan diriku kembali di hadapanmu, hamba mohonkan padamu yakinilah aku dalam sebuah cinta yang bertasbih ini, karena hanya dengan ridhoMUlah mihrab ini hamba mohonkan karena hamba tengah merasakn nikmatnya cinta pada hambaMU yang ku kagumi hatinya, namun besar cintaku padanya lebih besar kepadaMU karena hamba tidak ingin tersesat oleh kecantikannya sehingga melupakanMU
Ya Allah...
sesungguhnya tiadalah niatku memberikan noktah ke dalam hatinya dan ijinkanlah aku menciumnya sebagaimana hamba mencium mushafMU sebagai syarat menuju dekapan cinta kasihmu
Ya Allah...
Berikanlah hamba petunjukMU sebagaimana telah Engkau berikan kepada kaum muslimin yang tengah bermunajat di hadapanMU dan ampunilah jiwa yang selalu lalai ini dalam melaksanakan kewajibanMU,serta muliakan kepada para kaum muslimin/musliman yang selalu berada di jalanMU
Amin

SAJAK TERAKHIR ( GADIS BERJILBAB BIRU ITU BERNAMA ANRIA )

ingin kulangkahkan kaki ini ke dalam pekarangannya dan mengucapkan assalamu'alaikum,
dalam teriknya matahari ini telah membakar hatiku, tergulung dalam asap hingga lantakan jiwa,
meski ribuan butir tashbih telah kumainkan di tanganku pada roda roda malam, namun tak ada kesempurnaan manakala rusukku belum tiba,
Duhai gadisku betapa bahagia hati ini tatkala merintihkan pintaku padaNYA agar Dia mendengar sebuah nyanyian dari mulut tulusku,
dan ketika cinta memangil ku,
datang ke dalam jiwaku sepertinya ku terbang di langitMU,
tengelam di lautan cintamu,
berpadu kalbu dalam rindu melebur menjadi satu bagai beryanyi di iringi pelangi
lalu teriring dalam mustajabah ini ada rasa dalam campur hatiku,
entah aku bagaimana melukiskanya karena diantara
kesedihan,kekecewaan,penyesalan,penderitaan,kebahagiaan,keindahan,kekaguman,keterpesonaan yang dalam
sungguh demi Dia yang jiwaku ada di tanganNYA,
ingatkah engkau tentang sebuah surat QS. an-nur:35
aku ingin mendapatkan minyak zaitun dalam surat itu bersama engkau gadis.
tahukah kau dengan sorak lantang hatiku mngabarkan pada jiwaku sendiri,
bahwa jiwaku terbalut oleh cintamu, atasNYA,
sehingga ragakupun sudah tak sanggup menompang,
duhai anria aku mencintaimu dengan hatiku,
maka.....ijinkan aku menyentuh dan menciummu sebagaimana para tamu Allah menyentuh Ka'bah dan mencium mushaf al-karim.

Selasa, 09 November 2010

thelarosse: JIKA AKU MENJADI

Jika saja aku adalah seorang pelikis,tentu aku akan guratkan kuas ditanganku untuk melukiskan segala keindahan yang ada di bumi ini di atas kanvas kecilku...

Jika saja aku adalah seorang pujangga yang mahir akan kata kata mahawan tentu sudah aku goreskan pena baja ini di atas kertas bahwa aku begitu terpesona olehnya...

Dan jika aja aku adalah seorang penyair,tentu saja aku juga akan membuat sebuah untaian syair merdu diantara lirik lirik sempurna yang telah tercipta...

tapi... aku bukanlah ketiga-tiganya jadi aku hanya mampu memandangi dan menikmati saja segala keindahan itu meski hatiku terus bergemuruh bak kilatan petir yang hendak menjilat ranting pohon beringin itu,

Ooh...Tuhan mengapa segala keindahan itu selalu saja termutilasikan oleh keadaan? meski terasa aku belum terlambat namun aku akan mencoba menjadi diantara ketiganya itu

JIKA AKU MENJADI

Jika saja aku adalah seorang pelikis,tentu aku akan guratkan kuas ditanganku untuk melukiskan segala keindahan yang ada di bumi ini di atas kanvas kecilku...

Jika saja aku adalah seorang pujangga yang mahir akan kata kata mahawan tentu sudah aku goreskan pena baja ini di atas kertas bahwa aku begitu terpesona olehnya...

Dan jika aja aku adalah seorang penyair,tentu saja aku juga akan membuat sebuah untaian syair merdu diantara lirik lirik sempurna yang telah tercipta...

tapi... aku bukanlah ketiga-tiganya jadi aku hanya mampu memandangi dan menikmati saja segala keindahan itu meski hatiku terus bergemuruh bak kilatan petir yang hendak menjilat ranting pohon beringin itu,

Ooh...Tuhan mengapa segala keindahan itu selalu saja termutilasikan oleh keadaan? meski terasa aku belum terlambat namun aku akan mencoba menjadi diantara ketiganya itu

Kamis, 14 Oktober 2010

JIWA

BANGUNLAH, Cintaku. Bangun! Kerana jiwaku mengalu-alumu dari dasar laut, dan menawarkan padamu sayap-sayap di atas gelombang yang mengamuk
Bangunlah, kerana sunyi telah menghentikan derap kaki kuda dan langkah para pejalan kaki.
Rasa kantuk telah memeluk roh setiap laki-laki, sementara aku terbangun sendiri, rasa rindu membukakan kertas surat tidurku.
Cinta membawaku dekat denganmu, namun kebimbangan melemparkan diriku menjauh darimu.
Aku telah membuang bukuku, kerana keluhku mengunci kata-kata dan desah nafasku meninggalkan tempat tidurku, Cintaku, kerana takut pada hantu lupa yang berada di balik selimut.
Aku telah membuang bukuku, kerana keluhku mengunci kata-kata dan desah nafasku meninggalkan halaman buku yang kosong di depan mataku!
Bangun, bangunlah, Cintaku dan dengar diriku!
Aku mendengarkanmu, Cintaku! Aku mendengar panggilanmu dari lautan lepas dan merasakan lembutnya sentuhan sayapmu. Aku telah jauh dari ranjangku, beranjak ke tanah lapang, hingga embun membasahi kaki dan bajuku. Di sinilah aku berdiri, dibawah bunga-bunga pohon badam, memenuhi panggilan jiwamu.
Bicaralah padaku, Cintaku, dan biarkan nafasmu menghirup angin gunung yang datang padaku dari lembah-lembah Lebanon. Bicaralah. Tak ada yang akan mendengar selain diriku. Malam telah melarutkan semua manusia ditempat tidurnya.
Syurga telah menyulam cahaya rembulan dan menghamparkannya ke seluruh daratan Lebanon, Cintaku.
Syurga telah meriasnya dengan bayangan malam, jubah tebal membentang dihembus asap dari cerobong kain, dihembus nafas kemari, dan mengelarnya di telapak kota, Cintaku.
Para penduduk telah pulas menganyam mimpi di ubun-ubunnya di tengah pohon-pohon kenari. Jiwa mereka mempercepatkan langkah mengejar negeri mimpi, Cintaku.
Lelaki-lelaki longlai menggendong emas, dan tebing curam yang akan dilalui melemaskan lutut mereka. Mata mereka mengantuk kerana dililit kesulitan dan ketakutan. Mereka melemparkan tubuh ke tempat tidur sebagai tempat berlindung dari hantu-hantu yang menakutkan dan mengerikan, Cintaku.
Hantu-hantu dari masa lalu berkeliaran di lembah-lembah. Jiwa para raja melintasi bukit-bukit. Fikiranku yang berhias kenangan menyingkap kekuatan bangsa Chaldea, kemegahan Arab.
Di lorong-lorong gelap, jiwa-jiwa pencuri yang tegap berjalan, muncung-muncung nafsu ular berbisa muncul dari celah-celah benteng, dan rasa sakit berdengung kematian, muntah-muntah sepanjang jalan. Kenangan menyingkap tabir kelupaan dari mataku dan nampaklah Sodom yang menjijikkan, serta dosa-dosa Gomorah.
Ranting-ranting berayun-ayun, Cintaku, dan desirnya bertemu dengan alunan anak sungai di lembah. Syair-syair Sulaiman, nada kecapi Daud dan lagu Ishak Al-Mausaili terngiang-ngiang di telinga kami.
Jiwa anak-anak yang lapar di penginapan menggelupur, ibunya mengeluh di atas kamar kesedihan, dan kekecewaan telah jatuh dari langit. Mimpi-mimpi kebimbangan melanda hati yang lemah. Aku mendengar rintihan pahitnya.
Semerbak bunga melambai seiring nafas pohon-pohon cedar. Terbawa angin sepoi-sepoi menuju perbukitan, harum itu mengisi jiwa dengan kasih sayang dan meniupkan kerinduan untuk terbang.
Tetapi racun dari rawa-rawa jug berkelana mengepul bersama penyakit. Seperti panah rahsia yang tajam, racun itu telah menembusi perasaan dan meracuni udara.

Tanpa kusedari matahari telah mengilaukan cahaya pagi, Cintaku, dan jari-jari timur yang lentik menimang mata-mata orang yang terlelap. Cahaya itu memaksa mereka untuk membuka daun jendela dan menyelak hati dan kemenangan. Desa-desa, yang sedang tertidur dalam damai dan tenang di pundak-pundak lembah, bangun, loceng-loceng berdenting memenuhi angkasa sebagai panggilan untuk mula berdoa. Dan dari gua-gua, gema-gema juga berdengung, seolah-olah seluruh alam sedang berdoa bersama-sama dengan khusyuknya. Anak-anak sapi telah keluar dari kandangnya, biri-biri dan kambing meninggalkan bangsalnya untuk menuai rumput yang berembun dan berkilatan cahaya. Penggembalanya mengikuti dari belakang sambil mengamatinya di balik lelalang. Di belakangnya lagi gadis-gadis bernyanyi seperti burung menyambut pagi.

Kini tangan siang hari yang perkasa terbaring di atas kota. Tirai telah diselak dari jendela dan pintu pun terbuka. Mata yang penat dan wajah lesu para penjahit telah siap di tempat kerjanya. Mereka merasakan kematian telah melanggar batas kehidupan mereka, dan riak muka yang layu mempamerkan ketakutan dan kekecewaan. Di jalanan padat dengan jiwa-jiwa yang tamak dan tergesa-gesa, dan di mana-mana terdengar desingan besi, pusingan roda dan siulan angin. Kota telah menjadi arena pertempuran di mana yang kuat menindas yang lemah dan si kaya mengeksploitasi dan menguasai si miskin.

Betapa indah hidup ini, Cintaku, seperti hati penyair yang penuh dengan cahaya dan kelembutan hati.
Dan betapa kerasnya hidup ini, Cintaku, seperti dada penjahat, yang berdebar-debar kerana selalu merasa bimbang dan takut.

Jumat, 08 Oktober 2010

KAU

kau mencintai ku seperti kau mencintai Tuhan dan titahNya kau cintai hati seperti matahari cintai langit,kau cintai bunga yang menebarkan wangi semerbak dan harumkan jiwa, lalu kau bisikan cinta yang denyutkan nadi menjadi penghantar dalam mimpi yang selalu rindukan jati diri

ya rabb

Ya Allah Jika Kau Halalkan Aku Merindui Kekasihmu Jangan Biarkan Aku Melampaui Batas Sehingga Melupakan Aku Pada Cinta Hakiki Dan Rindu Abadi Hanya Kepadamu